Heboh mengenai peristiwa huru-hara, bencana besar, atau hari kiamat yang akan terjadi pada hari Jum’at pertengahan bulan Ramadhan 1433H (Ramadhan tahun 2012 Masehi). Berita atau kabar ini banyak diperbincangkan orang, baik di Fb, twitter, dlsb beberapa waktu lalu karena berasal dari sebuah hadist.
Salah satu berita yang beredar adalah kurang lebih sebagai berikut:
Coba
lihat kalendar tahun 2012. Tanggal 1 Ramadhan pada tahun 2012 jatuh
pada tanggal 20 Juli yaitu hari Jum’at, jadi tanggal 3 Agustus 2012
bertepatan dengan 15 Ramadhan yang juga pada hari Jum’at.
Sama
dengan satu hadis Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam tentang huru hara
besar yang akan terjadi pada tengah malam pertengahan Ramadhan yaitu
hari Jum’at, 15 Ramadhan di bumi ini. Huru hara yang akan mengejutkan
semua orang yang sedang tidur. Satu suara yang amat dahsyat akan kita
dengar dari langit, bukan kiamat tetapi huru hara tersebut akan
melenyapkan umat manusia di atas muka bumi ini sebanyak 2/3-nya, yang
tersisa hanya 1/3 saja. ( Menurut kajian NASA, pada 21-12-2012 satu
planet yg yang dikenali planet X akan melintasi bumi ) Adakah kita semua
tergolong dalam 1/3 itu? Adakah peristiwa itu akan berlaku pada 2012?
Hanya ALLAH yang Maha Mengetahui..
Yang penting kita
perbanyak ibadah dan berdoa agar kita termasuk dalam golongan yang
dilindungi Allah, jika mati biarlah kita mati dalam Islam dan beriman.
Apa pun, peristiwa itu pasti akan berlaku mengikut hadist Nabi
Shalallahu ‘Alaihi Wasallam di bawah.
Adapun hadist yang dimaksud adalah (artinya):
Dari Nu’aim bin Hammad meriwayatkan dengan sanadnya bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
“Bila telah muncul suara di bulan Ramadhan, maka akan terjadi huru-hara di bulan itu…”.
Kami bertanya: “Suara apakah itu, ya Rasulullah? ”
Beliau
menjawab: “Suara keras di pertengahan bulan Ramadhan, pada malam
Jum’at, akan muncul suara keras yang membangunkan orang tidur,
menjadikan orang yang berdiri jatuh terduduk, para gadis keluar dari
pingitannya, pada malam Jum’at di tahun terjadinya banyak gempa. Jika
kalian telah melaksanakan shalat Subuh pada hari Jum’at, masuklah kalian
ke dalam rumah kalian, tutuplah pintu-pintunya, sumbatlah
lubang-lubangnya, dan selimutilah diri kalian, sumbatlah telinga kalian.
Jika kalian merasakan adanya suara menggelegar, maka bersujudlah kalian
kepada Allah dan ucapkanlah: Mahasuci Al-Quddus, Mahasuci Al-Quddus,
Rabb kami Al-Quddus, karena barangsiapa melakukan hal itu, maka ia akan
selamat, tetapi barangsiapa yang tidak melakukan hal itu, maka ia akan
binasa”.
Hadits ini terdapat dalam kitab Al Fitan, karya Nu’aim bin Hammad, Juz. 1, Hal. 228, No. 638. Juga kitab Kanzul ‘Ummal, karya Imam Alauddin Al Muttaqi Al Hindi No. 39627.
حَدَّثَنَا أَبُو عُمَرَ عَنِ ابْنِ لَهِيعَةَ قَالَ : حَدَّثَنِي عَبْدُ الْوَهَّابِ بْنُ حُسَيْنٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ ثَابِتٍ الْبُنَانِيِّ عَنْ أَبِيهِ عَنِ الْحَارِثِ الْهَمْدَانِيِّ عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
Berkata kepada kami Abu Umar, dari Ibnu Luhai’ah, dia berkata: berkata kepadaku Abdul Wahhab bin Husain, dari Muhammad bin Tsabit Al Bunani, dari ayahnya, dari Al Haarits Al Hamdani, dari Ibnu Mas’ud Radhiallahu ‘Anhu, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: ... (lalu disebut hadits di atas)
Hadits ini memiliki banyak cacat, yakni pada semua perawinya –kecuali Ibnu Mas’ud Radhiallalhu ‘Anhu:
1. Nu’aim bin Hammad
Beliau termasuk seorang imam, beliaulah yang menyusun kitab Al Fitan sendiri, tetapi para imam hadits telah mengkritiknya dengan tajam. Tentang Beliau dan kitab Al Fitan, Imam Adz Dzahabi berkata:
لا يجوز لاحد أن يحتج به، وقد صنف كتاب " الفتن " فأتى فيه بعجائب ومناكير.
“Tidak boleh bagi seorang pun berhujjah dengannya, dan Dia telah
menyusun kitab Al Fitan, yang di dalamnya terdapat banyak keanehan dan
kemungkaran.” (As Siyar A’lamin Nubala, 10/609)
Imam An Nasa’i mengatakan: “Dia orang yang lemah (dhaif).”
Imam Al Azdi mengatakan: “Dia termasuk orang yang memalsukan hadits
demi membela sunah.” Imam Al ‘Abbas bin Mush’ab mengatakan dalam Tarikh-nya:
“Dia memalsukan sebah buku untuk membantah kaum Jahmiyah.” Oleh
karenanya Imam Adz Dzahabi mengatakan tentangnya: “Salah satu imam
dunia, yang memiliki kelemahan dalam haditsnya.” (Lihat semua dalam Mizanul I’tidal, 4/267-269)
Ada
yang menilainya jujur dan terpercaya, seperti Imam Yahya bin Ma’in,
Imam Ahmad, dan Imam Al ‘Ijli, dan Imam Al Bukhari pernah mengambil
hadits darinya. (Ibid) Namun dalam kitab yang lain Imam Ibnu Ma’in pernah mengkritiknya.
Dalam As Siyar
disebut oleh Imam Adz Dzahabi, menurut Imam Al ‘Abbas bin Mush’ab bahwa
Nu’aim bin Hammad telah memalsukan satu buku untuk membantah Imam Abu
Hanifah dan Muhammad bin Al Hasan, serta memalsukan 13 buku untuk
membantah kelompok Jahmiyah.
Shalih
Al Jazarah dan Az Zuhri mengatakan, Nu’aim bin Hammad adalah seorang
yang memiliki banyak hadits-hadits munkar yang tidak bisa diikuti. Imam
Yahya bin Ma’in ditanya tentang haditsnya Nu’aim bin Hammad, beliau
menjawab: “haditsnya bukan apa-apa (maksudnya jangan dianggap, pen).”
Ibnu Hammad Ad Daulabi mengatakan: “Nu’aim bin Hammad dhaif.”
Ahmad bin Syu’aib, Ibnu Hammad, dan lainnya mengatakan: “Dia memalsukan
hadits demi membela sunah, dan memalsukan hikayat para ulama tentang
fitnahnya Abu Hanifah, semua adalah dusta.” Imam An Nasa’i mengatakan:
“Dia telah memasuki batas sebagai orang yang tidak boleh dijadikan
hujjah.”
Imam
Ibnu Hibban berkata tentang dia: “Suka salah dan bimbang.” Ibnu Yunus
mengatakan: “Dia meriwayatkan hadits-hadits munkar dari orang-orang yang
bisa dpercaya.” (Lihat semua dalam Siyar A’lamin Nubala, 10/595 – 611)
2. Abu Umar
Inilah cacat kedua. Abu Umar, dia adalah Hammad bin Waqid Al ‘Isya Ash Shafar. Beliau adalah guru dari Nu’aim bin Hammad.
Abu Umar Hammad bin Waqid ini telah didhaifkan para ulama. Imam Yahya bin Ma’in mengatakan: “dhaif.” Imam Al Bukhari berkata: “munkarul hadits – haditsnya munkar.” Imam Abu Zur’ah dan lainnya: “Layyin –lemah.” Imam Al Fallas mengatakan: “Banyak salah dan wahm (bimbang/ragu).” (Lihat Al Mizan, 1/600)
3. Ibnu Lahi’ah
Beliau
adalah rawi yang terkenal kelemahannya, yakni buruk pada sisi
hapalannya, khususnya setelah buku-bukunya terbakar. Ishaq bin Isa
mengatakan kitab-kitabnya terbakar pada tahun 169H.
Diceritakan bahwa Imam Yahya bin Said Al Qaththan sama sekali tidak
mau menganggap hadits Ibnu Luhai’ah. Imam Abdurrahman bin Mahdi
mengatakan: “Saya tidak membawakan haditsnya sedikit atau banyak.” Imam
Muslim mencertakan bahwa Waki’, Yahya, dan Ibnu Mahdi meninggalkan
hadits Ibnu Lahi’ah. Imam An Nasa’i mengatakan: “Laisa bitsiqah – bukan
orang terpercaya.” Abdurrahman bin Kharrasy mengatakan: “Jangan ditulis
haditsnya.” Abu Zur’ah dan Yahya bin Ma’in mengatakan: “Tidak bisa
dijadikan hujjah.” Abu Ishaq Al Jauzajaani mengatakan: “Haditsnya tidak
memiliki cayaha, tidak bisa dijadikan hujah, dan jangan diikuti.” (Lengkapnya lihat As Siyar, 8/11-31)
4. Abdul Wahhab bin Husain
Imam Al Hakim berkata tentang beliau: “Majhuul – tidak dikenal.” (Al Mustadrak No. 8590), Al Hafizh Ibnu Hajar juga berkata tentang beliau: “Majhuul .” (Lisanul Mizan, 4/87)
5. Muhammad bin Tsaabit Al Bunani
Imam Yahya bin Ma’in mengatakan: “Laisa biqawwi – tidak kuat.” Imam Abu Hatim mengatakan: “Tidak bisa dijadikan hujah dan haditsnya munkar.” Abu Zur’ah berkata: “Layyin – lemah.” (Imam Abdurrahman bin Abi Hatim, Al Jarh wat Ta’dil, 7/217)
Imam An Nasa’i mengatakan: “Dhaif. Imam Ibnu ‘Adi mengatakan: “haditsnya tidak bisa diikuti.” Imam Al Bukhari mengatakan: “Padanya ada yang pertimbangkan.” (Mizanul I’tidal, 3/495)
6. Al Haarits Al Hamdani
Dia adalah Al A’war (buta sebelah matanya). Kun-yahnya adalah Abu Zuhair. Dia juga lemah, bahkan sebagian menuduhnya sebagai pendusta.
Asy Sya’bi berkata: “Bercerita kepadaku Al Haarits Al A’war, dan dia adalah Kadzdzaab – pendusta.” Ibrahim berkata: “Dia tertuduh (sebagai pendusta).” Ibnu Al Madini berkata: “Kadzdzaab.” Yahya bin Ma’in mengatakan: “Dhaif.” An Nasa’i berkata: “Laisa bilqawwi – bukan orang kuat.” Ad Daruquthni mengatakan: “Dhaif.”
Yahya Al Qaththan mengatakan: “Umumnya apa yang diriwayatkannya tidak
terjaga.” Ibnu Hibban berkata: “Beliau orang yang ekstrim tasyayyu’ (condong ke syi’ah), dan haditsnya lemah.” (Mizanul I’tidal, 1/435-437)
Maka,
betapa mengenaskan riwayat ini! Seandainya satu perawi saja yang
bermasalah sudah cukup menjatuhkan hadits ini, namun hadits ini ada
enam perawi yang bermasalah, bahkan beberapa di antara mereka ada yang
disebut sebagai pemalsu hadits dan pendusta. Oleh karenanya para ulama
seperti Imam Adz Dzahabi dalam At Talkhish, Imam Ibnul Qayyim dalam Al Manar Al Munif, Syaikh Al Albani dalam Adh Dhaifah menyebutkan bahwa ini adalah hadits palsu (maudhu’), dan hendaknya kita berhati-hati terhadap riwayat yang semisal ini. (Lihat Syaikh Abdullah Al Faqih, Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyah No. 41701. Syaikh Al Albani, As Silsilah Adh Dhaifah No. 6471)
Kesimpulan:
Maka,
betapa mengenaskan riwayat ini! Seandainya satu perawi saja yang
bermasalah sudah cukup menjatuhkan hadits ini, namun hadits ini ada enam
perawi yang bermasalah, bahkan beberapa di antara mereka ada yang
disebut sebagai pemalsu hadits dan pendusta. Oleh karenanya para ulama
seperti Imam Adz Dzahabi dalam At Talkhish, Imam Ibnul Qayyim dalam Al Manar Al Munif, Syaikh Al Albani dalam Adh Dhaifah menyebutkan bahwa ini adalah hadits palsu (maudhu’), dan hendaknya kita berhati-hati terhadap riwayat yang semisal ini. (Lihat Syaikh Abdullah Al Faqih, Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyah No. 41701. Syaikh Al Albani, As Silsilah Adh Dhaifah No. 6471)
Hadist ini sama sekali tidak bisa dijadikan pegangan (hujjah),
apalagi disebarluaskan. Agar kita selalu berhati-hati dalam menyebarkan
dan menulis hadist. Karena Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
"Barangsiapa yang berdusta atasku (yakni
atas namaku) dengan sengaja, maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya
(yakni tempat tinggalnya) di neraka." (HR. Muslim, dari Abu Hurairah radhiyalahu ‘anhu)
Dari Abi Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata. Telah bersabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam:
"Barangsiapa
yang membuat-buat perkataan atas (nama) ku yang (sama sekali) tidak
pernah aku ucapkan, maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya di
neraka". (HR. Muslim)
Dari Salamah bin Akwa, ia berkata. Aku telah mendengar Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda:
"Barangsiapa
yang mengatakan atas (nama)ku apa-apa (perkataan) yang tidak pernah aku
ucapkan, maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya di neraka". (HR. Muslim)
Kemudian Imam Ahmad meriwayatkan lagi dengan lafadz:
"Tidak
seorangpun yang berkata atas (nama)ku dengan batil, atau (ia
mengucapkan) apa saja (perkataan) yang tidak pernah aku ucapkan,
melainkan tempat duduknya di neraka". (HR. Ahmad)
Penutup
Tidak
seorangpun dapat mengetahui secara pasti apa yang akan terjadi nanti,
besok, atau dimasa yang akan datang. Seperti halnya kematian, maka
bencana, musibah, atau hari kiamat adalah rahasia Allah Yang Maha
Mengetahui.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Manusia
bertanya kepadamu tentang (kapan datangnya) hari kiamat. Katakanlah,
‘Sesungguhnya pengetahuan tentang kapan datangnya hari kiamat itu
hanyalah di sisi Allah.’ Dan tahukah kamu (wahai Muhammad) boleh jadi
hari kiamat itu sudah dekat waktunya?” (QS. Al-Ahzab: 63)
Dan
banyak lagi firman Allah ta’ala tentang hari kiamat di dalam al-Qur’an.
Tidak satupun ayat yang menjelaskan secara rinci dan pasti tentang
waktu terjadinya kiamat. Hanya saja Allah ta’ala memperingatkakan
bahwasanya Boleh jadi Hari Kiamat itu sudah dekat waktunya. Hal ini
dimaksudkan agar kita selalu berada dalam keimanan dan tetap bersemangat
beramal shaleh dan berbuat baik dalam kehidupan kita saat ini.
Adapun
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam hanyalah diberitahu Allah ta’ala
tentang tanda-tanda menjelang hari akhir itu. Beliau-pun tidak dapat
mengetahuinya dengan pasti. Jadi sebagai umat Islam yang beriman,
sepatutnya kita bersegera untuk memperbanyak bekal kita untuk
menyongsong hari akhir itu. Menyongsong hari akhir kita berada di dunia
(mati). Menyambut hari yang kekal, akhirat.
Mari kita
tetap istiqomah dan berlomba-lomba beramal. Jangan tunda beramal dan
berbuat baik. Karena kematian bisa datang kapan saja!
Wa Shallallahu ‘ala Nabiyina Muhammadin wa ‘Ala Aalihi wa Shahbihi wa Sallam. Wallahu A’lam Bishshawwab…
Note:
Penjelasan
hadist saya kutip dari:
http://faridnuman.blogspot.com/2011/11/hadits-huru-hara-di-bulan-ramadhan.html,
di posting di:
Silakan disebarluaskan untuk kepentingan syi’ar dan dakwah. Semoga Bermanfaat.